|
Dewan Pimpinan Pusat |
| Office |
: 1. |
Jl. Kaliurang Km 15 Tromol pos 08, Pakem,
Sleman, Yogyakarta 55582 - Indonesia Phone/Fax: +62-0274-895790 Jl. Cempaka Putih Tengah XXVIB No. 78 Jakarta 10510 - Indonesia Phone/Fax: +62-021-4246417 |
Kehadiran Laskar Jihad Ahlus
Sunnah
wal Jama'ah di Ambon
Seluruh ummat Islam dimanapun berada, darimana pun asalnya mereka semuanya bersaudara, demikian ajaran Islam. Penderitaan ummat Islam di Ambon ikut dirasakan oleh ummat Islam di tempat lain terutama di Indonesia. Berbagai bantuan meterial maupun moril mengalir membantu ummat Islam yang sedang menderita di Ambon/Maluku.
Forum Komunikasi Ahlus Sunnah wal Jama'ah memberikan perhatian lebih dari itu, mereka secara fisik datang dalam jumlah besar mendekati 2.000 orang Laskar dipimpin langsung oleh Panglimanya Ustadz Ja'far Umar Thalib. Setelah melakukan Tabliqh Akbar di Stadion Senayan Jakarta pada 6 Maret 2000 mereka langsung berlatih ketangkasan bela diri, disiplin militer termasuk pengetahuan militer singkat yang diajarkan oleh sesama laskar eks Menwa.
Penggemblengan semangat Jihad Fii Sabilillah membuat mereka menjadi laskar yang siap syahid demi membela agama Islam. Sepuluh hari setelah berlatih keras dan tekun ternyata cukup untuk maju ke medan tempur dimana moril/semangat Jihad sebagai andalan. Peluang Jihad di Ambon yang nyata-nyata perang melawan Nasrani adalah peluang yang jarang ada, karena itu Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah berlapis-lapis konon mencapai 10.000 orang siap diberangkatkan ke Ambon.
Pasukan-pasukan khusus terkenal berani mati, tetapi laskar ini sudah siap untuk mati di medan tempur bela agama. Mereka akan berbahagia bila harus mati syahid (Inysa Allah) di medan tempur Ambon.
Hambatan Politis Dilibas Saja
Pemunculan Laskar Jihad ini dengan segala persiapan dan kesiapannya
mengundang pro-kontra diantara petinggi negara. Tampak jelas yang bersikap
kontra terbawa oleh kepentingan politik golongannya dan pemerintah yang tidak
lain harus merobah cara yang akan ditempuh Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah
ini.
Pemerintah sudah berbuat banyak keselahan dalam menangani kasus Ambon/Maluku yang telah menghindari penyelesaian akar permasalahan yang ada. Konflik Ambon/Maluku yang berkaitan dengan kekuatan diluar negeri, dimana perekonomian bangsa kita sangat tergantung pada bagaimana cara pemerintah menyelesaikan sekian banyak permasalahan besar dalam negeri termasuk kasus Ambon/Maluku.
Pemerintah yang telah menunjukkan sikap sikap kalah terhadap tekanan luar negeri itu tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan Maluku. Panglima Laskar Jihad Ustadz Ja'far Umar Thalib mengatakan bahwa laskar ini ke Ambon untuk membantu pemerintah dan TNI/Polri menyelesaikan konflik Maluku. Kita lantas mengerti maksud pernyataan sang Panglima yang tidak mau dicegah pasukannya datang ke Ambon, bila dicegah ke Ambon, maka kami akan berjihad ke Jawa saja, itu ancaman serius yang harus diperhatikan pemerintah, TNI/Polri dan para politisi.
Polemik politik yang berkepanjangan tidak menyurutkan persiapan laskar, mulai pengusiran dari daerah latihan oleh Polwil Bogor yang dilewatinya dengan bermain kucing-kucingan sampai ancaman bahwa apabila mereka dilarang ke Ambon membantu sesama muslim yang sedang terancam keselamatannya maka tekad Jihad yang telah diikrarkan akan dilaksanakan di Jawa saja.
Siapa dan apa saja yang dijadikan sasaran telah dievaluasi dengan cermat, ancaman itu akan segera dilaksanakan bila benar-benar aparat keamanan menahan mereka berangkat ke Ambon. Ibarat buah simalakama bagi Gus Dur yang murka besar ketika Panglima Laskar Jihad bersama 3 tokoh Maluku menjelaskan kondisi terakhir, saran dan usul serta rencana Laskar Jihad ke Ambon. Pertemuan dengan Presiden yang berantakan ini sebagai isyarat ketidak pedulian Pemerintah terhadap nasib ummat Islam di Maluku, penyelesaiannya akan menjadi lain.
Kesempatan pemerintah untuk menjinakkan Laskar Jihad yang telah siap berperang ternyata diabaikan begitu saja oleh Gus Dur. Tiga orang tokoh dari Maluku termasuk Maluku Utara kecewa berat karena rencana penyampaian keluhan serta informasi akurat dari tangan pertama secara obyektif ditoleh, para tokoh Islam ini sangat kecewa karea Gus Dur lebih mau menerima bisikan Kristen yang terus memutar balikkan kenyataan. Hardik dan pengusiran Gus Dur memang tidak layak sebagai pemimpin bangsa dan negara yang besar ini.
Sifat kenegarawan yang arif dan bijak tidak dampak sama sekali. Karena itu tidak berlebihan dikatakan bahwa Gus Dur telah ikut terlibat memicu tekad dan semangat Jihad fii Sabilillah para Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencapai suatu titik yang tidak mungkin surut kembali, mereka telah mencapai the point of no return.
Merekapun berangkat gelombang demi gelombang mulai dari laskar di lapangan sampai Panglima dan stafnya, dengan kapal laut (Pelni) sampai mencapai jumlah mendekati 2000 orang, yang terakhir tiba tanggal 20 Mei 2000.
Angka sebesar ini membuat ketar-ketir Kristen RMS dan pengikutnya apalagi ada berita bahwa mereka berhasil memasukkan perlengkapan dan senjata melalui konteiner 4 buah.
Karya-karya sosial yang berhasil guna
Ketika Laskar Jihad dilarang berangkat ke Ambon untuk berjihad, mereka
katakan Jihad yang dilakukan berbentuk dakwah bukan saja dengan lisan tetapi
juga dengan perbuatan sosial yang menolong sesama ummat Islam. Ternyata
pernyataan Panglima Laskar Jihad telah merupakan bagian dari programnya. Setelah
tiba di Ambon mereka segera terjun membersihkan sampah dan menutupi
lobang-lobang jalan di perkampungan/kompleks yang memang tidak dirawat lagi
sejak setahun lebih yang lalu.
Sampah yang menggunung didekat Ambon Plaza, dekat pelabuhan Yos Sudarso dibersihkan hingga pemandangan bersih kembali. Kegiatan kemanusiaan lainnya dilakukan seperti khitanan massal. Poliklinik cuma-cuma, berdakwah keliling, membangun sarana ibadah, membuat bangunan untuk pengajian dan sebagainya.
Para laskar ini ternyata mendatangkan simpatik dan rasa hormat masyarakat Islam di kota Ambon. Pada dasarnya karya sosial Laskar Jihad dari Jawa ini mendapatkan acungan jempol dari ummat Islam di Ambon, mereka bangga dengan Laskar Jihad yang Islami ini.
Turut Bercampur dengan Laskar Lokal
Mungkinkah mereka menghindari keterlibatan langsung di medan tempur? Jelas
sulit sekali karena suasana Jihad dengan kumandang takbir mendorong setiap orang
muslim untuk segera berlari dan bergabung dengan mereka yang sudah terlibat.
Korban luka dan gugur yang diangkat ke garis belakang dengan takbir Allahu Akbar
justru memperbanyak laskar yang mengalir tidak berhenti-henti. Apalagi tekad
perorangan Laskar Jihad dari Jawa ini bergabung dengan Laskar Jihad pimpinan
Ja'far Umar Thalib ini untuk bertempur bersama saudaranya sesama ummat Islam di
Ambon, membela agama dan negara.
Mengapa kota Ambon yang dipilih, Ustadz yang Panglima ini menjawab bahwa di Maluku Utara ummat Islam cukup kuat, mereka pasti akan mengalahkan kaum Nasrani disana. Di Ambon keadaannya tidak demikian, maka laskar ini memilih Ambon sebagai medan juang. Dibandingkan laskar lokal, mereka lebih teratur dan mudah dikenali sebab tersusun dalam struktur satuan TNI/Polri.
Pengerahan kekuatan ke medan tempur lebih efektif dan efisien begitu juga pengomandoan di lapangan. Mereka mudah digerakkan untuk menerobos suatu sektor, begitu juga mudah ditarik sebab selaluada hubungan regu s/d batlyon yang dikendalikan dengan Handy Talky (HT). Tetap ternyata sering kali merka juga terbawa oleh pola pelibatan lewat suara bom.
Sebelum ada perintah pimpinan sebagian mereka terseret ajakan laskar lokal yang sulit ditampik, itulah semangat jihad yang menyala-nyala disetiap dada pemuda Muslim sampai yang sudah bercucu. Di Ambon inilah baru pertama kali mereka mengenal bom rakitan dan belajar melemparnya, setelah ketrampilan dikuasai walau ada makan korban, mereka tampil layaknya laskar lokal yang mengandalkan bom dan senjata rakitan, pedang hanya melekat dipunggung untuk menantisipasi duel jarak dekat orang perorang. Mereka sebenarnya lebih suka duel jenis ini karena disitulah keterampilan latihan selama dipondok pesantren dan latihan persiapan ke Ambon.
Bagaimana yang tidak punya senjata atau pun bom, mereka adalah para pembakar yang trampil beraksi bersama laskar lokal. Senjata mereka jerigen berisi bahan bakar. Soal barang rampasan perang, mereka patuh pada fatwa Panglima, digunakan untuk kepentingan Jihad lagi, begitu fatwa itu, laskar lokal yang dituntun ulama setempat juga mengajarkan hal yang sama, mereka mengamalkan ajaran itu dengan taat, kecuali yang namanya pasukan linggis yaitu mereka yang tidak terlibat dalam pertempuran tetapi mengambil bagian bila ada sejumlah rumah terbakar atau penghuninya lari mengungsi. Itulah aksi penjarahan yang sulit diatasi, mungkin orang-orang tertentu itu tidak punya pekerjaan lagi untuk nafkah sehari-hari.
Sumber:
| Judul Buku | : | "Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon Dan Maluku" |
| Pengarang | : | Rustam Kastor |
| Penerbit | : | Wihdah Press Yogyakarta Cetakan kedua 25 September 2000 |
| Jumlah Hal | : | 188 Halaman |
Copyright © 2000 Laskar Jihad