|
Dewan Pimpinan Pusat |
| Office |
: 1. |
Jl. Kaliurang Km 15 Tromol pos 08, Pakem,
Sleman, Yogyakarta 55582 - Indonesia Phone/Fax: +62-0274-895790 Jl. Cempaka Putih Tengah XXVIB No. 78 Jakarta 10510 - Indonesia Phone/Fax: +62-021-4246417 |
Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal
Jama'ah,
Ustadz Ja'far Umar Tholib:
"Kami Juga Bisa Membuat
Natal Berdarah"
Selepas shalat shubuh, Rabu lalu di Cempaka Putih, Jakarta, Panglima Laskar Jihad, Ustadz Ja'far Umar Thalib menerima Jurnal Islam untuk diwawancarai. Selama berlangsung wawancara itu banyak hal yang didiskusikan. Mulai soal politik nasional hingga konflik berdarah di Maluku. Kepada Al-Mawardi dan Kasta El-Azmi dari Jurnal Islam, tokoh Islam yang pernah turut bertempur di Afganistan, Bosnia, dan Filipina, ini bicara panjang lebar mengenai kasus Ambon, dan beberapa aktual lainnya yang menimpa bangsa ini. Petikannya di bawah ini.
Sebenarnya, sampai sejauh mana perkembang di Maluku
sekarang?
Perkembangan Ambon dan sekitarnya sampai saat ini
masih berkelanjutan dari bulan-bulan sebelumnya. Alhamdulillah, kami berhasil
melakukan serangan balik terhadap pihak Kristen. Karena selama ini, umat Islam
menjadi bulan-bulanan para sniper (penembak gelap) di berbagai tempat dalam
rangka mengosongkan Maluku dari umat Islam. Tapi sejak 29 April 2000, awal
kedatangan Laskar Jihad keadaan menjadi berbalik. Namun, yang membahayakan,
mereka mengadakan pembusukan dari dalam oleh intel. Mereka menggunakan atribut
Islam. Berjenggot, memakai peci putih, berbaju gamis, mengadu-domba, dan
berhasil. Di beberapa tempat, terjadi pertempuran sesama umat Islam, seperti di
Seram Barat, Kelurahan Latu, Wailei dengan Kampung Latu, sehingga jatuh korban
satu orang tewas, beberapa luka-luka, dan banyak rumah dan bangunan yang hangus
dibakar.
Menyusul di Ambon, akhir Oktober, antara komunitas Islam di
Hatuhala (Pulau Haruka), diadu dengan umat Islam pendatang yang berasal dari
Bugis, Buton, dan Makassar (BBM), pertempuran di kota berlangsung selama 12 jam.
Mulai pukul 23.00-11.00 WIT, yang menyebabkan sembilan orang tewas. Kemudian
terjadi di jazirah Lehitu diadu dengan dua kampung Islam lain, Aseilulu dan
Negeri Lima, menyebabkan jatuh korban satu luka.
Apakah pembusukan (penghancuran) dari dalam
dilakukan oleh intel non-Muslim?
Dilakukan oleh aparat Muslim dan non-Muslim,
karena memang demikian komando dari atas.
Bagaimana dengan sweeping senjata yang dilakukan
aparat?
Sweeping senjata biasa dilakukan oleh gabungan
TNI/Polri sejak kami datang sampai sekarang. Tapi, kami merasa, bahwa sweeping
cenderung upaya melucuti senjata umat Islam. Bayangkan, Kampung Sirisori Islam
bersebelahan dengan Kampung Sirisori Kristen. Kampung Sirisori Islam dikepung
oleh Sirisori Kristen dari Kanan, sebelah kiri Kampung Ulat. Dalam keadaan
terkepung dan terjepit, tapi, kok, aparat teganya malah melakukan sweeping
senjata.
Sementara aparat tidak melakukan sweeping di
kantong-kantong Kristen. Kalau mereka mampu melakukannya, kita akan berhenti
perang, meletakkan senjata, dan minum kopi bersama seakan di rumah sendiri.
Tapi, kurang ajarnya, mereka (aparat keamanan) tidak mampu melindungi umat
Islam. Ketika umat Islam melindungi diri dengan mempersenjatai diri justru
disweeping. Ini kenyataan yang sangat pahit
Apakah ada diskriminasi dalam sweeping?
Sangat mencolok! Salah satu bukti sampai hari ini aparat tidak berani
melakukan sweeping di pusat mobilisasi massa Kristen di Kelurahan Paso. Karena
kuatnya massa Kristen, jangankan sweeping, Pangdam Pattimura Brigjen 1 Made Putu
Yasa, tidak berani lewat. Yang jelas di Ambon ada 800 desertir Kristen yang
lengkap dengan senjatanya tidak mampu diutik-utik oleh aparat. Kenyataan ini
sangat memilukan, sehingga umat Islam tidak punya pilihan kecuali perang sampai
titik darah terakhir.
Apakah ada konspirasi pihak asing yang mencoba
mem-back-up pihak Kristen?
Sejarah membuktikan, bahwa pada pasca Proklamasi
Kemerdekaan, Sekutu tidak mampu melawan rakyat. Mereka terusir dengan hina. Saya
punya data lapangan, bahwa mereka hanya sampai menggertak, tidak ada tindak
lanjutnya. Dewan Keamanan-PBB (DK PBB), tidak berani masuk ke Ambon selama masih
ada umat Islam yang mereka istilahkan Islam Militan, Mujahidin.
Beberapa pers asing yang datang ke saya bermaksud meneliti
dan menulis artikel seperti dari Australia, Times, AFP, AP, Newsweek, dan
The Washington Post, serta BBC London ingin membuat film
dokumenter tentang Panglima Laskar Jihad. Alasan mereka, untuk meredam keresahan
masyarakat Australia dengan adanya Laskar Jihad. Sebab, Australia memiliki
kepentingan di Indonesia, yaitu bisnis konglomerat dan pariwisata.
Data lapangan ini menunjukkan keresahan masyarakat Barat
dengan keberadaan Laskar Jihad, sehingga beralasan tuntutan pihak gereja agar
Laskar Jihad keluar dari Maluku. Tujuannya agar pihak gereja dan pihak asing
merasa aman datang ke Maluku. Bahkan Pendeta Semi Titaley dalam perundingan di
Jakarta antara 13 tokoh Kristen dan 13 tokoh Islam di hadapan presiden mereka
menuntut tiga persyaratan utama. Usir Laskar Jihad dari Maluku, Tarik TNI dari
Maluku, dan diizinkan masuk tentara DK-PBB. Ini menunjukkan mereka menginginkan
kedatangan pasukan asing.
Kalaupun mereka masuk, kita akan melawan dengan perang rakyat
sebagaimana orang-orang tua kita melawan penjajah. Kita yakin, akan mampu
mengusir dan menghinakan mereka, meski akan banyak jatuh korban.
Bagaimana perluasan konflik selanjutnya?
Dalam Tabligh Akbar di Senayan 6 April 2000, kami
memberikan ultimatum keras, Kalau kami dihalangi berangkat ke Maluku, kami
mempunyai data tentang gerakan-gerakan komando mereka di Jakarta. Kami tetap
berangkat dan berjihad! Kami bertindak berdasarkan kenyataan konkret. Kalau ada
peranan CSIS, kami harus mengkonretkan berita itu, kami akan mengambil sikap.
Kami justru mempunyai kesimpulan lebih jauh, bahwa sudah ada
negosiasi jual-beli Maluku yang dilakukan oleh Abudurrahman Wahid. Dan,
Abdurrahman Wahid menggunakan TNI sebagai alat kekuasaan bukan alat negara untuk
mengawal proses jual-beli. Sebagaimana BJ Habibie menggunakan TNI/Polri mengawal
jual-bell Timor-Timur.
Apa langkah-langkah Laskar Jihad dalam bulan
Ramadhan dan Idul Fitri?
Ya, kami akan melakukan sweeping terhadap
tempat-tempat maksiat, narkoba, perjudian, minuman, dan prostitusi di Ambon.
Agar umat Islam menunaikan ibadah dengan tenang dan khusuk.
Kami akan memborong dagangan mereka (Nasarah), kalau mereka
menjual. Kami akan borong habis. Kami sudah memberikan ultimatum dalam tabligh
akbar. Kalau mereka telah menjadikan Idul Fiti Berdarah pada tanggal 19 janurai
1999, mengapa kami tidak bisa menjadikan Natal Berdarah pada tanggal 25 Desember
2000 tahun ini. Mohon dipikirkan!
Apakah sudah waktunya diberlakukan syariat Islam di
Maluku khususnya, dan Indonesia pada umumnya?
Sudah waktunya! Kami bertekad Ramadhan tahun ini
mulai dari sweeping tempat maksiat. Provinsi Maluku Utara berbagai aktivitas
yang mengarah syariat Islam terutama di daerah yang sepenuhnya Islam di Ternate
Tidore, Bacang, dan sebagainya. Pada Ramadhan ini, berdasarkan kesepakatan umat
Islam, menghentikan pertikaian pada akhir Oktober lalu ditandatangani dari
berbagai pimpinan umat Islam dan mengetahui Ketua MUI Maluku, mereka sepakat
untuk memberantas kegiatan maksiat. Dasar kami sudah ada untuk melaksanakan
syariat Islam, Insya Allah ....
Mengapa umat Islam memilih berjihad, dan mengangkat
senjata?
Ini adalah akibat sikap nafsu perang yang membara
dari pihak Kristen. Yang sama sekali tidak menampakkan itikad baik. Sebagai
contoh, dalam peristiwa dialog belum apa-apa sudah mengajukan tiga syarat.
Sehingga pertemuan bubar! Sesungguhnya yang bernafsu perang adalah Kristen yang
ingin melanggengkan konflik. Karena kehebatan mereka menggiring opini publik,
yang muncul justru sebaliknya. Satu-satunya memecahkan problem ini, dengan
mematahkan segala potensi mereka.
Opini dibentuk lewat media massa, semisal harian Suara
Maluku, RRI, dan TVRI, yang selalu menyebut Laskar Jihad sebagai perusuh dan
pihak Nasarah disebut rakyat. Karena berita dan informasi yang disampaikan
selalu tidak seimbang, apa boleh buat dengan terpaksa kami memberi peringatan
dengan mortir. Akhirnya, mereka mau menyiarkan berita dan informasi sesuai
fakta.
Bagaimana panglima mengatur penugasan Laskar Jihad
di lapangan?
Dengan sistem roling. Agar tidak jenuh, biasanya per tiga bulan
jumlah kami tidak berubah, sekitar 3.000-an.
Bukankah missi ini membutuhkan dana besar. Bagaimana
cara menghimpunnya dan dari mana sumbernya?
Kami mendapatkannya dari berbagai sumber, dari
para simpatisan. Dan kami sampai sekarang bergerak sendiri. Tidak ada pelindung
dan tidak ada yang mau jadi pelindung dari pejabat. Dana datang dari umat Islam.
Ada juga dari dermawan dan hartawan. Sebenarnya, mengapa harus takut bila ada
yang mau menjadi pelindung. Ada atau tidak ada kami tetap berjihad!
Sumber: Jurnal Islam, 19-25 Syaban 1421H/23 November 2000
Copyright © 2000 Laskar Jihad