PERILAKU KEHIDUPAN DALAM KONTEKS IMAN DAN TAQWA
M
embentuk kepribadian yang utuh lahir dan bathin mutlak diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bertanggung jawab. Pengembangan kepribadian tersebut perlu dilakukan dengan berbagai usaha antara lain dengan memadukan unsur jiwa korsa, karya, iman taqwa, budaya dan olahraga. Korsa , karya dan olahraga menyangkut kepentingan lahir (fisik material) sedangkan iman taqwa menyangkut kepentingan batin (mental spiritual) agar dalam berperilaku tidak mudah diperbudak syaitan.P
ada dasarnya moral adalah realisasi kepribadian (mental) , bukan hasil perbuatan pikiran. Sepanjang akal sehat yang bicara, maka kesenangan dunia menjadi sesuatu yang paling menarik .Andaisaja kita memiliki kesempatan untuk menghayati perjalanan hidup manusia dari masa kemasa maka kita akan menemukan bentuk kehidupan yang unik dan beraneka ragam. Mereka berjalan dan terus berjalan mengikuti keinginannya, lurus berkelok naik turun dan baru terhenti diujung kematian. Catatan perjalanan manusia yang bervariatif tersebut semuanya bertujuan untuk menemukan kehidupan yang bahagia. Tak bisa disangkal selama hayat masih berkembang walau sudah lanjut usia , walau SK pensiun sudah diterima namun naluri mendorong manusia untuk terus memiliki semangat kerja memenuhi kepuasan batinnya dalam mencintai dunia. Nafsu duniawi yang umum diburu manusia adalah harta benda, emas berlian, kendaraan yang bagus, rumah mewah, tanah yang luas, kedudukan yang terhormat, kenikmatan seksual dan lain sebagainya. Pangkal kesenangan inilah yang memicu manusia menjadi lupa diri dan lupa amanah. Memang Islam tidak menutup apalagi membunuh naluri manusia untuk mengejar kesenangan dunia, sama sekali tidak. Islam menuntun umatnya untuk menyelaraskan naluri itu dengan kepribadian agar tetap berada pada norma batas kepatutan yang telah digariskan oleh agama. Naluri kesenangan dunia tanpa ada kendali agama sangat membahayakan kehidupan manusia , bukan hanya terbatas kepada seseorang saja melainkan bisa berakibat pada kerugian perusahaan , kerusakan lingkungan dan pelestarian alam, kerusakan tata kehidupan berbangsa dan bernegara.S
ejarah telah menunjukkan kepada kita betapa tragisnya nasib negara yang kita cintai ini akibat korupsi, kolusi dan nepotisme telah membudaya diberbagai sektor usaha dan pemerintahan. Hanya dalam kurun waktu beberapa bulan berjuta rakyat (mayoritas muslim) menjadi miskin, tidak punya kemampuan menghidupi keluarganya. Alangkah ironisnya pemandangan di seputar pinggiran ibu kota Jakarta. Setiap ada pembagian sembako terlihat bahwa yang ngantri banyak yang memakai kerudung, jilbab dan peci haji. Tentu suatu pemandangan yang sangat menyentuh hati kita sebagai seorang muslim. Memang betapa tragisnya jika iman dan taqwa tidak lagi dijadikan pagar dalam pertumbuhan naluri hingga bebas tanpa batas tertuju pada kesenangan duniawi semata. Kesenangan dunia acapkali membawa ketegangan dan keonaran, kekacauan dan kekalutan bahkan mengganggu dinamikanya hidup dan kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Dorongan untuk memenuhi hajat hidup memang fitrah manusia. Disatu sisi kita harus bisa menghindari kefakiran dan kemiskinan namun disisi lain nafsu untuk berebut hidup bukanlah cara yang terpuji.Kekufuran adalah perilaku yang sangat negatif, perilaku yang sangat menggoncangkan ketentraman hidup masyarakat sesuai dengan sabda Nasbi Muhammad SAW :
" Kefakiran membawa seseorang kepada kekufuran " ( HR. Abu Nu’aim )
Seseorang yang memiliki tingkat keimanan dan ketaqwaan yang tinggi maka ia akan lebih banyak menanam potensi positif yang ada pada dirinya sehingga ia dapat diandalkan untuk lebih banyak melakukan amal kebajikan dalam mengembangkan nilai-nilai hidupnya.
Di GBHN, di Pramuka, di ABRI, di KORPRI dan hampir diseluruh kegiatan organisasi kemasyarakatan, kata IMAN dan TAQWA dijadikan mahkota, fundamen dasar-dasar kebajikan sejati. Karena untuk bisa memiliki akhlak yang baik, orang harus sanggup membersihkan kotornya hati dan rusaknya pikiran sehingga ia akan memiliki derajat yang tinggi. Nilai kebaikan tersebut merupakan makna dari kehidupan manusia yang diisi dengan keimanan dan keimanan belum dikatakan sempurna apabila belum dilengkapi dengan ketaqwaan. Namun apa sebenarnya iman dan taqwa itu .. ?
I
man adalah kepercayaan yang tertanam didalam hati seseorang terhadap adanya hal-hal yang ghaib yaitu :A
llah SWT senantiasa menjunjung tinggi ketingkat yang lebih atas terhadap siapa saja yang mau meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya. Untuk itu teramat penting bagi kita untuk terus menjaga dan memelihara iman dan taqwa kita agar kita bisa terhindar dari berbagai macam cobaan, terhindar dari beraneka ragam godaan yang datang dari segala penjuru, setiap saat dan tak mengenal waktu. Sebagai seorang muslim janganlah mudah meratap jika ada musibah dan jangan sedih kalau ada bahaya menimpa. Ingat pada Allah yang Kuasa sebab Dialah yang mengatur segalanya. Apa yang dijalaninya sudah tertera dalam suratan sesuai dengan qadha’ dan qadar Nya. Manusia hanya merencana dan berusaha namun Allah jualah yang menentukan segalanya.T
aqwa adalah urusan hati dan merupakan hal yang rahasia sehingga hakikat taqwa adalah menjauhkan dan memelihara diri dari laknat Allah, caranya adalah :A
dapun ciri-ciri orang yang bertaqwa secara ringkas adalah sebagai berikut :K
eteguhan iman dan ketentraman jiwa dapat diperoleh melalui :Dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya taqwa adalah memanatapkan ketauhidan yaitu pernyataan diri tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi Nya, segala perintah Nya wajib kita laksanakan dan segala laranggannya wajib kita tinggalkan. Kadar taqwa inilah yang mementukan mulia atau rendahnya diri manusia dihadapan Allah SWT.
" Patuhilah Allah (bertaqwalah) dengan sebenar-benarnya. Kamu jangan mati selain dalam mematuhi agama Nya."
(QS. Ali ‘Imran :102 )
" Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
( QS. Al Hujurat :13 )
Itulah sebabnya maka dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, dalam bekerja, dalam berumah tangga, bermasyarakat, menjalin cinta kasih, mencari ilmu, mencari nafkah dan menafkahkan harta serta tolong menolong diantara sesama harus dilandasi iman dan taqwa. Perwujudan taqwa akan memancar dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan amal shaleh, taat menjalankan perintah Allah dan berbuat kebajikan dengan sesamanya. Dijelaskan bahwa penuh dengan kesungguhan Allah yang Rahman dan Rahim sangat mencintai hambanya yang taqwa. Siapa yang menyuruh kita beriman dan bertaqwa ? Tidak lain adalah Allah yang Maha Kuasa. Kalau demikian maka siapa yang tidak mau melaksanakan dan dengan alasan apapun berita-berita kebenaran yang telah ditebarkan ditengah keramaian kehidupan manusia pasti akan mengalami kesengsaraan kelak diakhirat nanti dengan penuh kepedihan dan bagi yang bertaqwa kepada Allah, tiada lain kelak akan menikmati kemuliaan, keindahan dan kenyamananan tanpa batas ditempat yang sangat terhormat yaitu Taman Firdaus Sorga Jannatun Naim .
M
umpung masih diberi kesempatan, dunia adalah tempatnya beramal shaleh, bertobat memohon ampunan, menyatakan iman dan melaksanakan ketaqwaan, memanjatkan do’a memuji kebesaran Nya, sedangkan diakhirat adalah tempat menerima balasan dari segala apa yang telah kita perbuat. Untuk itu jangan sampai waktu yang hanya sebentar dan terbatas ini diisi dengan kegiatan yang tidak ada manfaatnya. Jadikan hidup ini penuh dengan kedamaian. Hiasilah rumah kita dengan nuansa Islami, suasana yang apik, sehat, bersih, indah, rapi, asri dan sejuk penuh dengan keteduhan dan ketenangan. Semua itu kita lakukan demi menjalankan perintah Allah dan sebagai rasa syukur karena diberi nikmat kehidupan didunia ini.T
aqwa mendorong manusia untuk bisa bekerja sama dalam kebaikan dan selalu menolak suatu kegiatan yang mendatangkan dosa. Derajat taqwa lebih tinggi bila dibandingkan dengan derajat iman, sebab orang yang beriman belum tentu bertaqwa, tapi orang yang bertaqwa berarti tingkat keimanannya cukup tinggi. Banyak orang beriman tapi tidak mau beramal shaleh, misalnya tidak mau mengerjakan sholat, tidak mau membayar zakat dan lain sebagainya sehingga ada seruan agar orang yang telah beriman lengkapilah dengan taqwa. Taqwa terletak dihati manusia yang berakal. Kombinasi gerak antara otak dan hati inilah yang menjadikan orang tergerak untuk bertaqwa kepada Allah atau bahkan menentang perintah Nya.M
enyadari bahwa tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang sangatlah fluktuatif, terkadang naik terkadang turun bahkan bisa hilang sama sekali maka pemeliharaan dan upaya peningkatan ketaqwaan harus selalu dipupuk dan ditumbuh kembangkan dalam hati dengan selalu melihat, mendengar dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif dan jauhkanlah pikiran apalagi perbuatan dari hal-hal yang negatif walau sekecil apapun.T
ingkatkan ketaqwaan itu agar kita bisa mencapai derajat yang lebih tinggi. Manakala jiwa telah disirami taqwa maka karakter seseorang tidak lagi mudah terdesak oleh dorongan nilai-nilai kebendaan atau semangat materialistik dan krisis budaya. Malah sikap rokhaninya akan mengatur untuk selalu mendekatkan dirinya pada ridho Allah dan menjauhkan diri dari segala yang dimurkai Nya. Sikap ini berarti akan lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi perusahaan dimana kita bekerja." Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa "
( QS. Ali Imran : 76 )