Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata : "Apakah yang telah membelokkan dari kiblat biasanya ? Katakan, timur dan barfat itu yang memiliki Allah, Ia membimbing yang dikehendaki Nya ke jalan yang lurus "

JALAN LURUS

Oleh : DR Ir Arifin Nugroho

Subahannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Dengan mengarungi samudera kehidupan ini, orang-orang beriman harus mempunyai pegangan, mempunyai prinsip serta mempunyai kiblat. Secara fitrah, manusia diminta oleh Allah untuk selalu berkiblat di jalan Allah dan bukan di jalan selain Allah. Jalan atau manhaj ini akan mengantarkan manusia yang beriman ke mardhatillah. Dengan demikian, maka pola bersikap dan bertindak, beriman dan beramal shalih itu semua harus dapat mencerminkan rambu-rambu yang diberikan oleh Allah dan janganlah rambu-rambu yang diberikan oleh ahli-ahliekonomi leberal atau sosialis.

Sebenarnya, responsibilitas manusia beriman, baik secara individual dan secara sosial, telah diatur sesuai manhaj Al Qur’an. Kita harus dapat mengendalikan lumpur dan tidak dikatagorikan sebagai Assufahaa u kata Allah, gara-gara karena kita tergelincir dengancara berfikir, cara mawas diri, cara bertindak serta cara berprilaku yang mudharat. Dengan kata lain, manusia harus selalu mengupayakan berjalan dengan rambu-rambu Asshirootholmustaqiim yaitu jalan lurus yang diridhai, Bagai orang islam, jalan tersebut ialah Al Qur’an dan Asunnah.

Kita ingat firmanAllah dalam surat Anissa 174 yang artinya : "Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti nyata dari Robbmu : sebenarnya Kami telahmengirimkankepaddamua cahaya yang senyata-nyatanya.

Anissa 175 : "Kemudian mereka yang beriman kepada Allah serta berpegang teguh kepadaNya, Allah akan memberikan rahmat yang besar serta karunia, serta Allah akan membimbingnya ke jalan yang lurus."

Alangkah bahagianya orang beriman, karena mereka telah cara teoritis menemukan jalan lurus yang terang benderang selama orang tersebut berpegang teguh kepada Allah, kepada agama Nya Wau’tashomuubihi.

Namun kita menjadi bertanyha, apakah itu, dan bagaimana kita menemukannya ? Yang jelas, ia adalah suatu sistem kehidupan yang terbaik dimata Allah dibandingkan yang lain-lainnya. Pertahatian surat 9:33 yang artinya : "Adalah Ia yang telah mengirim RasuNya dengan pedoman dan din yang haq untuk diprolamasikan atas din-din yang lain, walaupun orang musyrik tidak menyukainnya". Perhatikan pula firman Allah berikut ini : "Hari telah kesempurnakan agamu untukmu, serta kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhai (kupilih) untukmu Islam sebagai agamamu. Maka siapapun terpaksa karena lapar tanpa kesengajaan untuk melawan Allah, sesungguhnya maha pengampun dan maha penyayang." (5:3)

" Dan tidak kami mengutus kamu hanya untuk rahmat bagi alam semesta ". (21:107)

"Katakanlah, sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku kepada jalan yang lurus, suatu agama tentang jalan yang benar yang dijalani oleh Ibrahim dan ia bukanlah tergolong orang-orang yang menyekutukanKu. ". (6:161)

Tak ada keraguanlagi, yang disebut shiratal mustaqim ialah agama yang lurus, agama yang hanif, agama islam. Din inilah yang didirikan atas sendi-sendi kedhiupan yang haq , yang fitrah, yang ditata menurut aturan dan hukum yang datangnya dari Allah. Mereka (orang-orang mukmin) itu selalu mengupayakan amar ma’ruf nabhhi munkar, serta selalu memelihara hukum-hukum Allah, di dalam din Ullah tesebut (9:12).

Jadi kesimpulannya, jalan lurus itu suatu masyarakat yang manusianya hanya beribadah kepada Allah, yang pola kehidupannya selalu mengacu kepada nilai-nilai Allah, kepada hukum-hukum Allah. Hakekat kehidupan manusia yang demikian tidak lain dari masyarakat muslim sendiri. Maka berbahagialah wahai orang-orang beriman, karena masyarakat muslim adalah masyarakat rohani, itulah yang dimenangkan oleh Allah dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Namun konsekuensinya ialah, manusia yang hidup di dalam nya selalu mengacukan dirinya kepada tata kehidupan sesuai bimbingan Allah dan Rasulnya, sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunah.

Tentulah masyarakat yang demikian itu bisa terjadi bila didukung oleh orang-orang beriman yang selalu beribadah dan berusaha mengenal Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri. Mengenal ciptaan-ciptaanNya dan mengenal malaikat serta buku-bukunNya, mengenal Rasul-rasulNya melaksanakan segala perintah Allah (awamir) serta menghindari larangan Nya (nawahi) dan selalu taat kepada RasulNya serta percaya kepada hari kemudian ( day of resurrection).

Ia harus mengkonsentrasikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Nya, Illa liya budun. Semuanya itu dikerjakannya dengan ihklas hanya untuk mendapatkan ridha-Nya untuk mencoba menggapai mardhatillah yang besarnya sebesar langit dan bumi, bahkan lebih besar lagi. Orang beriman tidak mungkin menengok ke Barat atau ke Timur, Laisa birru an tuwallu wujuuhakum qibalal masyrikil wal magribi (2:177), tetapi secara istiqamah, hanya kepada satu kiblat yaitu dinul Islam. Orang beriman dalam kehidupnannya selalu akan berthawaf mengitari kiblat yang satu, suatu tata kehidupan yang manhaj-Nya datang dari Allah. Orang beriman selalu mengukur sesuatu yang baik dan buruk dari kacama Allah danbukanb kacamata selain Allah termasuk kacamata nafsu buruk kita ( hawahu ). Orang beriman juga akan selalu menjaga hubungannya yang fitrah dan harmonis dengan alam, dengan manusia dan dengan masyarakatnya. Semuanya ini harus mengikuti hukum Allah, mengikuti Sunnatullah dan orang beriman akan selalu menjaga berlakunya sunnatullah yang fitrah dan tak berubah. Segala upaya yang bertentangan dengan berlakunya sunnatullah akan mendapat siksaan dari Allah.

Kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah, dan segala perintah dan lrangan yang ada di dalamnya harus sudah melebur ke dalam qalbu orang beriman, menjadi jalan hidupnya, menjadi pegangannya. Juga tentang baik dan buruk,. Tentang hubungan sosialnya dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Amin.