Kitab "Kasyful Mahjub" oleh 'Ali ibn 'Utsman Al Hujwiri

Merupakan Risalah Persia Tertua tentang Tasawuf

Dalam Mukadimah tercantum:

Bismillahirrahmanirrahiim

Ya Tuhan, limpahilah kami ampunan dan kasih sayang-Mu dan tunjukkan kepada kami jalan amalan yang benar.

Segala puji bagi Allah, yang telah menyingkapkan rahasia-rahasia kerjaan-Nya kepada Wali-wali-Nya dan yang telah memperlihatkan rahasia-rahasia kekuasaan-Nya kepada orang-orang yang dekat dengan-Nya, dan yang telah menumpahkan darah pada Pencinta dengan pedang kemuliaan-Nya dan yang telah mempersilahkan kalbu ahli makrifat mengecap keriangan perjamuan-Nya. Dialah yang mengidupkan kalbu-kalbu yang mati dengan cahaya penglihatan akan kekekalan-Nya dan keagungan-Nya dan yang mengobankan kembali jiwa mereka dengan semangat pengetahuan yang menyenangkan melalui pengungkapan Nama-nama-Nya.

Dan damai sejahteralah Rasul-Nya , Muhammad, beserta keluarga, para sahabat dan isteri-isterinya.

'Ali bin 'Utsman bin 'Ali Al-Jullabi Al-Ghaznawi Al-Hujwiri ( semoga ridha Allah tercurah atasnya ) berujar sebagai berikut :

Aku telah memohon berkah Tuhan dan telah membersihkan hatiku dari dorongan-dorongan yang berhubungan dengan nafsu diri, dan telah bekerja sesuai dengan permintaanmu mudah-mudahan Tuhan melimpahkan kebahagiaan kepadamu dan telah berketetapan hati untuk memenuhi semua keianginanmu melalui buku ini. Aku memberinya judul Kasyf Al-Mahjub. Setelah mengetahui keinginanmu, aku menyusun buku ini dalam bab-bab yang sesuai dengan maksudmu. Kini aku berdoa kepada tuhan agar Dia menolong aku menyelesaikannya, dan aku kerahkan seluruh daya dan kemampuanku dalam kata-kata dan tindakan. Tuhanlah yang mengarunian keberhasilan.

Dua pertimbangan telah mendorongku membubuhkan namaku di awal buku ini : Pertimbangan khusus dan pertimbangan umum. Mengenai yang disebut terakhir, bilamana orang-orang yang kurang mengetahui ilmu ini melihat sebuah buku baru, yang di beberapa tempat nama pengarangnya tidak dibubuhkan, mereka menisbahkan karyanya kepada diri mereka sendiri dan karena itu maksud sipeng`rang tersingkirkan, padahal sebuah buku disusun dan ditulis dengan tujuan agar nama pengarangnya tetap diingat dan agar pembaca dan para siswa menyampaikan berkah kepadanya. Kemalangan ini telah menimpaku dua kali. Seseorang meminjam karya-karyaku tentang puisi, yang tidak ada lagi salinanannya dan menyatakan naskah itu sebagai miliknya, kemudian mengedarkannya, mencoret namaku dari naskah itu dan membuat seluruh kerjaku sia-sia. Semoga Tuhan mengampuninya. Aku juga menyusun buku yang lain, yang berjudul "Jalan Terang Agama" ( Minhaj Al-Din), mengenai metode tasawuf - semoga Tuhan membuatnya berkembang, Seorang penipu yang picik, yang kata-katanya sama sekali tidak berbobot, mencoret namaku dari halaman judul dan menyatakan kepada khalayak bahwa dialah pengarangnya, walaupun para ahli menertawakan pernyataannya. Tetapi Tuhan menyadarkannya sepenuhnya akan perbuatannya yang tidak diberkahi itu dan menghapus nama-nya dari daftar orang-orang yang berupaya memasuki pintu gerbang-Nya. Mengenai pertimbangan khusus, apabila orang melihat sebuah buku dan mengetahui bahwa pengarangnya ahli dalam cabang ilmu pengetahuan yang dibahas buku itu, mereka akan menilai secara lebih jujur bahwa buku itu berfaedah, mereka akan lebih bersungguh-sungguh untuk membaca dan mengingatnya, sehingga baik pengaran maupun pembaca sama-sama merasa puas. Hanya Allah lah yang paling mengetahui kebenaran.

PERNYATAAN PARA SUFI TENTANG PENGETAHUAN

Muhammad bin Fadhl Al-balkhi berkata : " Pengetahuan ada tiga macam, Dari Tuhan, dengan Tuhan dan tentang Tuhan.

Pengetahuan tentang Tuhan adalah ilmu makrifat, yang dengan ini Dia dapat diketahui oleh semua Nabi dan wali-Nya. Ia tidak bisa diperoleh dengan cara-cara biasa, tetapi adalah hasil dari petunjuk dan penerangan Tuhan.

Pengetahuan dari Tuhan adalah ilmu tentang Syari'at, yang telah Dia perintahkan dan wajibkan atas kita.

Pengetahuan dengan Tuhan adalah ilmu tentang maqam-maqam, "jalan:' dan tingkatan-tingkatan para wali.

Makrifat tidak punya gaung tanpa penerimaan Syari'at dan Syari'at tak terlaksana secara benar sebelum maqam-maqam terejawantahkan.

Abu 'ali Tsaqafi berkata : A;'i;lm hayat al-qalb min al-jahl wanur al-'ayan min al-zhulmat. ( Pengetahuan adalah hidupnya hati yang mewujudkannya dari matinya kebodohan, ia adalah cahaya mata iman, yang melindunginya dari gelapnya kekafiran).

Hati orang-orang kafir mati karena mereka tak kenal Tuhan dan hati orang yang lalai sakit karena mereka tak mengenal perintah-perintah Nya.

Abu Bakr Warraq dari Tirmidz berkata : " Mereka yang puas dengan perdebatan (kalam) tentang pengetahuan dan tidak melaksanakan asketisme (zuhud) menjadi Zindiq, dan mereka yang puas dengan yurisprudensi (fiqh) dan tidak menahan diri dari dosa (wara'), menjadia berdosa". Ini berarti bahwa Tauhid tanpa amal adalah takdir (jabr), sedangkan pengucap Tauhid harus menganut ajaran takdir, namun berbuat seakan akan dia percaya kepada kehendak bebas, mengambil jalan tengah antara kehendak bebas dan takdir. Begitulah arti yang benar dari perkataan lain yang diucapkan oleh guru keruhanian itu, yakni "Tauhid di bawah takdir, dan diatas kehendak bebas."

Tidak adanya agama yang benar dan akhlak timbul dari kelalaian ( gjaflat). Berkata guru besar, Yahya bin Mu'adz Al-Razi : "Jauhkan masyarakat dari tiga golongan manusia, ulama-ualama yang lalai, para pembaca Al-Qur'an yang munafik dan orang-orang bodoh yang mengaku pengikut jalan tasawauf".

Ulama-ulama yang lalai, mengarahkan hati mereka kepada keuntungan duniawi dan berusaha mengambil hati penguasa dan pemimpin yang zalim dan disesatkan oleh kepandaiannya mengisi waktu dengan perdebatan dan menyerang ahli-ahli agama yang terkemuka.

Para pembaca Al-Qur'an yang munafik, memuji apa saja yang sesuai dengan keinginan mereka, sekalipun keinginan itu buruk dan mengutuk apa saja yang tidak mereka sukai sekalipun yang dikutuk itu baik, mereka berusaha mencari muka dengan berlaku munafik.

Penipu-penipu sesat yang mengaku pengikut jalan tasawuf tak pernah berguru kepada seorang ahli keruhanian (pir), bukan pula murid seorang Syaikh, namun tanpa pengalaman apapun mereka menerjunkan diri dalam masyarakat dan mengenakan jubah biru ( kabudi), dan menempuh jalan liar.

Abu Yazid Bisthami berkata: " Aku berjuang dalam pertarungan ruhani selama tiga puluh tahun dan aku tak mendapatkan apapun yang lebih sulit menurutku selaian pengetahuan dan menuntut pengetahuan.".

Adalah lebih mudah bagi kordat manusia untuk berjalan di atas api dibanding mengikuti jalan pengetahuan dan hati yang bodoh akan lebih siap menyeberangi Jembatan ( shirat0 sseribu kali dibanding memepelajari satu pengetahuan dan orang yang jahat lebih suka memasang tendanya di neraka dibanding mengamalkan satu pengetahuan. Karena itu kau harus mempelajari pengetahuan dan mencari kesempurnaan di dalamnya. Sempurnanya pengetahuan manusia adalah kejahilan akan pengetahuan Tuhan. Kau harus cukup tahu bahwa kau tak tahu. Yakni, pengetahuan manusia hanya mungkin bagi manusia dan kemanusiaan adalah rintangan terbesar yang memisahkannya dari ketuhanan. Seperti dikatakan penyair: "Pengelihatan sejati adalah keputusan untuk dapat melihat, Namun tidak melangkah di jalan kebaikan adalah kesyirikan."

Barangsiapa tidak mau belajar dan tetap berada dalam kebodohannya adalah seorang mushyrik, namun bagi yang belajar bilamana pengetahuannya menjadi sempurna, kenyataan tersingkap dan dia melihat bahwa pengetahuannya tidak lebih daripada ketidak mampuannya untuk mengetahui tujuan apa yang akan dicapainya, karena kenyataan-kenyataan tidaklah dipengaruhi oleh nama-nama yang diberikan kepada mereka.