[ r e v o l v e ]

berkali-kali aku terbunuh, mengering, mengeras, dan meledak, meleleh menjadi debu. beriringan dengan seteguk pagi yang murung kepada langit yang masih merah.
aku terpuruk dalam lumpur, dadaku tersumbat dan tangan-tangan kekar matahari menggores di balik pundak. Sedangkan mega-mega menyembunyikan langit. kusentuh urat-urat bumi... ah jiwaku semakin sekarat !
Mengintip di balik kaca, kisah mu semakin beralih dan berputar kemudian selalu berucap "diam nya kita adalah bait-bait hujan yang di tinggalkan mendung".
di lengkungan angkasa kulihat nasib ku terhapus, bahkan dari sinipun bunyiku tak terdengar. Aku kehilangan hasrat untuk mengungkapkan diriku dan aku butuh lumpur yang melumur agar tak menghempas ujung-ujung batu ligam. Aku juga pernah bermimpi dan bukan hanya semalam dan ketika ku bentangkan tangan ini untuk menyambutmu namun jari telunjuk dan barisan gigimu menusuk ke balik jiwaku dan kau pun berputar dan pergi tanpa menoleh lagi.
aku tak lagi memanggil malam karena sudah ku tidurkan bersama jutaan bintang dan esok pun tak lagi menjenguk matahari karena ku lelapkan dalam selimut fajar.
Separoh ingatan ku mengelinjang dan terkapar, pada hisapan terakhir tubuhku rubuh dan ambruk di kaki langit.
----------

masih saja aku melihat selembar kertas itu, usang, kusam, kumal dan berbau. hm... 4 tahun, isinya pun tak berubah hanya tulisannya yang sedikit luntur karena di tulis dengan tulisan tangan biasa. Kata demi kata aku simak kembali, namun ada beberapa bagian yang terhapus dan ku goreskan dengan ujung pena hitam ku agar jelas dibaca.
Dimana dirimu sekarang ? aku rindu nada bicaramu saat aku tertunduk atau saat menatap ke langit di atas genteng diwaktu kita berdua lewati malam hingga subuh, yang terkadang melantunkan tembang di iringi petikan gitar tua dalam pelukanku. walaupun sumbang terdengar namun hati kita tentram di bawah naungan kelam.
Masih berbekas tamparan kanan mu di pipi kiri ku begitu juga cengkraman lima jarimu di leherku saat tak berdaya. disini ... ? siapa yang bisa begitu lepas menampar wajahku, siapa yang begitu lugas berteriak "laki-laki macam apa kamu !" tidak ada sama sekali...
tatapan ku tertegun disaat membaca "lagukan ini disaat dirimu membutuhkan ku".
"How quick the sun can drop away
And now my bitter hands cradle broken glass
Of what was everything... "

aku sudah berkali-kali bahkan ratusan kali melagukannya sampai suaraku pun hilang berserak bersama teriak. Dimanakah dirimu ?

hari ini aku tak bertemu dengan matahari walaupun hanya sesaat. semuanya tenggelam dalam lelapnya tidur panjang. 15 jam ... tanpa tergugah. inikah saat pembalasan dari hari-hari kemaren ? mungkin... namun aku tak merasa membalas, hanya karena tak kuat lagi melihat semua itu dengan mata kepalaku. kata demi kata dan baris demi baris beratus ratus ku paksakan masuk ke dalam kerongkongan otak ku... mencoba mencerna namun tak tergilas, masih saja tersimpan bulat-bulat. Disaat ku terjaga semuanya berubah, hitam ? bukan. putih ? bukan. birupun tidak, kabur dan melesat entah kemana.
makan dengan suapan lima jari ternyata sedikit memberikan warna tapi hanya secuil dari apa yang kulihat dihari ini. diam ? ya... aku masih diam dan akan terus diam sampai aku enggan untuk diam ... karena masih tersimpan sejuta bahasa yang harus ku tebarkan hingga kau mengerti.

[ ]

cukup sekali ! kisah tak kan berulang,
lipatan otak masih bersisa,
gumpalan hati masih punya ruang untuk kenangan
n o t h i n g !


i'm spining !
revolver
revolved