Maret 2002

Media PPMI Thanta 

 
Home
Jendela
Opini
Kolom
Kajian
Renungan
Lintas Kita
Guest Book
Redaksi
 Angina
Our Link
Albume

Anda Pengunjung ke :

 

 

 

 

Jendela

Waaduhhh

Oleh : Hasibuan

 

    Kuliah jarang, bahkan hampir nggak pernah, kalau-pun pernah cuma cari tahdid muqarrar aja, kalau mahjubnya dikit pusing, terlalu banyak yang mau di baca, semantara di baca baru beberapa kali, bahkan ada yang satu kali, malah ada yang belum sama sekali,

    Diskusi malas, ikut pengajian alergi, mut-halaah alias belajar sendiri di rumah juga tidak, banyak nggak tahu terjemahannya, akhirnya malas, Shalat jamaah di mesjid berat sekali, bangun sering kelewatan subuh, mau bangun tapi terasa selimut lebih indah untuk dinikmati. Warnet seolah sudah menjadi teman setia, seolah tak ada kesibukan lain kecuali chating, orang yang di ajak ngobrol nggak tahu persis siapa, entah cantik , entah berkahlak, bahkan entah Islam, yang jelas semua semu, serba nggak jelas, serba masih dalam hayal, kadang di muach lewat eccount yang hukumnya juga masih semu, ngakunya mahasiswa Azhar, sebagian cewek yang di muach bingung. Wah, masa mahasiswa Azhar begitu sih ? Tetangganya ada yang baru pulang dari mesir orang nya baik , sopan, shalat jamaah terus. Bawakan pengajian dimana-mana… kok yang lain gitu sih ? Pergi jalan-jalan, rambut gon-drong, rokok di sulut, hp di genggam, kantong besar, sialan. Buat musa’adah putus aja, dia yang bergaya orang lain putus kafalah, dasar egois.

    Paling tidak inilah gambaran fenomena sebagian mahasiswa yang ada di bumi kinanah ini, pusat kebudayaan Islam, yang telah banyak mengeluarkan tokoh-tokoh Islam ternama, yang merupakan kebanggaan semua umat Islam di dunia.

Natijahnya…selesai kuliah dapat Syahadah Sarjana, tapi melempem, bahasa arabnya BAULLAK. Fushah nggak jelas, apalagi kawa’idnya, lebih nggak jelas, baca buku arab asal-asalan, kalau ditanya kenapa. Yang penting kan kita tahu makna globalnya, soal kawa’idnya nggak terlalu perlu, itu cuma pelengkap, lihat orang Arab qawa’id nggak bisa tapi buku tetap faham….! Itulah alasan yang sering terdengar . Sehingga hukum yang dijelaskannya nggak bisa di pegang, orang awam makin bingung di buatnya.

    Meskipun secara formal sama dengan sarjana IAIN tapi orang awam akan tetap menganggapnya beda, sarjana Mesir sudah tahu semua hukum, karena sudah baca buku berjilid, sudah jumpa dengan syekh-syekh azhar, sering berdialog dengan mufti-mufti dan pemikir-pikiran Mesir yang kesohor dan banyak lagi anggapan orang yang membedakan dengan sarjana agama lainnya. Ini barangkali karena di Indonesia terutama kalangan orang awam atau katakanlah orang kampung masih terlalu menganggap bahwa orang yang pergi belajar ke arab sudah hebat, sudah guru besar sudah tahu segalanya.

    Tapi yang jelas sekarang memang orang sedang ramai membicarakan dan mempertanyakan prospek mahasiswa Timur Tengah, terutama mahasiswa azhar Mesir. Kalau ada orang mempertanyakan dan meragukan potensi dan prospek mahasiswa timur tengah tak usah marah dan tersinggung, itu memang kenyataan yang harus diterima, tidak bisa tidak, karena mahasiswanya memang melempem.*

 


          

Copyright © 2002 by GEMA DPC PPMI Tanta. All rights reserved.

e-mail : [email protected]