Maret 2002

Media PPMI Thanta 

 
Home
Jendela
Opini
Kolom
Kajian
Renungan
Lintas Kita
Guest Book
Redaksi
 Angina
Our Link
Albume

Anda Pengunjung ke :

 

 

 

 

Renungan

Haji Mardud

Oleh : M. Nur Abdullah.

 

“Hai Abu Hurairah, engkau akan menemukan orang-orang yang lupa dan lalai ketika melaksanakan rukun haji. Haji mereka tidak diterima Allah dan amal mereka tidak diangkat oleh Allah”. (Hadits dari Abu Hurairah)

Dari makna hadits di atas itulah dalam bahasa ada istilah "Haji Sangkot". Asal usul istilah tersebut adalah gelar yang diberikan kepada orang yang telah naik haji, namun prilakunya tidak mencerminkan seorang haji. Sudah naik haji tetapi masih malas melaksanakan shalat jamaah ke masjid, masih mencari rezeki dengan uang riba, masih kikir dan malah bertambah kikirnya. Ada juga hajjah sangkot yakni perempuan yang sudah menunaikan ibadah haji tapi masih membuka aurat di depan umum seperti kaum selebriti dan artis di ibukota.

Apa yang tersangkut (sangkot) dalam ubudiyah mereka? Rupanya amalnya yang tersangkut di pintu langit. Allah tidak menerima hajinya karena si pelaksana haji tadi naik haji dengan rezeki yang haram. Haji dan hajjah model ini semakin banyak di republik ini sebab naik haji bukan lagi karena ingin mencari ridha Allah tetapi karena ingin mencari gelar atau tamasya. Memang kalau kita tanya semua mereka menjawab mau mencari haji mabrur, mau taubat nashuha dan sebagainya.

Benarkah mereka mau taubat? Syariat mengukurnya. Seandainya mereka mau taubat tentu mereka akan meninggalkan maksiat. Tidak lagi makan riba, korupsi, mengunjing orang, menjual aurat di televisi dan pekerajaan maksiat lainnya. Tetapi nyatanya mereka semakin menjadi- jadi. Tidak baik kita sebut nama mereka satu persatu di sini. Yang jelas mereka hampir semua sudah bergelar haji dan hajjah, tetapi pekerjaannya main sinetron syirik, mendedah aurat dan bahkan ada yang kawin dengan lelaki musyrik. Naudzubillahi mindzalik!

Kita sengaja menurunkan tafakkur seperti ini agar menjadi i'tibar bagi saudara-saudara kita. Tak usah menjadi haji dan hajjah mardud. Jadilah haji yang mabrur. Untuk mencapai haji mabrur kita harus hidup dibawah naungan al-Quranul Karim. Jika al-Quran menyuruh kita amar makruf dan meninggalkan mungkar, maka kitapun wajib patuh secara mutlak. Tidak ada istilah belum siap, masih muda dan perlu bertahap. Kita harus ingat bila Izrael datang, kematian itu tidak bertahap. Maka taubatpun tidak ada istilah bertahap.*

 


          

Copyright © 2002 by GEMA DPC PPMI Tanta. All rights reserved.

e-mail : [email protected]